MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING )

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. 

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. 

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 
  1. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 
  2. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; 
  3. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
  4. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; 
  5. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; 
  6. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; 
  7. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; 
  8. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; 
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; 
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa 
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

1. Langkah Persiapan 
  • Menentukan tujuan pembelajaran
  • Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,  minat, gaya belajar, dan sebagainya)
  • Memilih materi pelajaran.
  • Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
  • Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
  • Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
  • Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan 

  • Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
  • Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
  • Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
  • Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
  • Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
  • Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. 
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Share:

Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik

Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.

Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.


Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.

Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.


Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.


Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:

Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.


Jenis-jenis Penilaian Autentik
1.Penilaian Kinerja
  • Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. 
  • Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis 

  • 1.Daftar cek (checklist).
    2.Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
    3.Skala penilaian (rating scale).
    4.Memori atau ingatan (memory approach).
    2.Penilaian Proyek
2. Penilaian Proyek
  • Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. 
  • Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek. 
  1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. 
  2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 
  3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik. 

3.Penilaian Portofolio

  • Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

  • Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
  1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
  2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
  3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
  4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
  5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
  6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
  7.  Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
 4.  Penilaian Tertulis

  • Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Share:

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR



Definisi :

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

PenilaianAutentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
  1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
  2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
  3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
  4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
  5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
  6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
  7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
  8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
  9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
  10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
  11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
  12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
  13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
  14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
  15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
  16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.

Share:

PENILAIAN AUTENTIK PEMBELAJARAN PPKn

Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan

Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas

Pelaksanaan penilaian autentik menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa :
  •          tesyang menghadirkanbendaataukejadianaslikehadapansiswa(hands-on penilaian),
  •          tugas(tugasketrampilan, tugasinvestigasisederhanadantugasinvestigasi terintegrasi),
  •          format rekamankegiatanbelajarsiswa(misalnya: portofolio, interview, daftarcek, presentasioral dandebat).


Share:

Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik

1.  Penilaian autentik mengharuskanpembelajaran yang autentik pula.
2.  Menurut Ormiston,belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.

Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian  autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.

Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang adadiluar sekolah.

Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.

Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
1. Mengetahuibagaimanamenilaikekuatandan kelemahan pesertadidikserta desain  pembelajaran.
2.  Mengetahui bagaimanacara membimbingpesertadidikuntukmengembangkanpengetahuanmerekasebelumnyadengancaramengajukanpertanyaandanmenyediakansumberdayamemadaibagipesertadidikuntukmelakukan akuisisipengetahuan.
3.  Menjadipengasuhproses pembelajaran,melihatinformasibaru,danmengasimilasikanpemahamanpeserta didik.
4.  Menjadikreatiftentangbagaimanaproses belajar pesertadidikdapatdiperluasdengan menimba pengalaman dari duniadi luartemboksekolah.
Share:

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

Definisi :

  1. Penilaian autentik (Authentic Assessment)adalah pengukuran yangbermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
  2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi

Istilah autentik merupakan sinonim dari  asli, nyata, valid, atau reliabel
Secara konseptual penilaianautentik lebih bermakna secara signifikan  dibandingkan dengan  tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Ketika menerapkan penilaianautentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah

Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013


  •             Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
  •             Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. 
  •             Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. 
  •             Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai
  •            Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,  benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
  •             Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
  •             Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan  peserta didik. 
  •             Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai
  •             Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
  •             Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
  •             Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
  •              Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja

Share:

Model Pembelajaran Jigsaw



Model pembelajaran kooperatif teknik JIGSAW (Model Tim Ahli) dikemukakan oleh Aronson, Blanney, dan Stephen, Sikes dan Snapp, tahun 1978

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif dimana dalam proses pembelajaran setiap siswa dalam kelompok disilang dan memperoleh tugas yang berbeda. Anggota kelompok yang memperoleh tugas sama dikumpulkan jadi satu dan membahas tugas tersebut (kelompok kooperatif). Tiap anggota setelah selesai mengerjakan harus kembali ke kelompok semula untuk menyampaikan hasil pembahasan (ahli informasi), sehingga kelompok pembahas kembali ke kelompok semula dengan membawa berbagai permasalah yang berbeda untuk disampaikan kepada teman sejawat dalam kelompok.

Langkah–langkah Pembelajaran

Untuk melaksanakan model pembelajaran Jigsaw (Tim Ahli) adalah sebagai berikut

  1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil, @ 3 – 5 orang siswa.
  2. Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda.
  3. Tiap siswa dalam kelompok membaca bagian tugas yang diperolehnya.
  4. Guru memerintahkan siswa yang mendapat tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan tugas tersebut.
  5. Setiap siswa kelompok-kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk di laporkan pada kelompk semua (kelompok lama).
  6. Selesai diskusi sebagai tim ahli, masing-masing kembali ke kelompok asal (semula) untuk menyampaikan hasil diskusi ke anggota kelompok asal dan secara bergilir atau bergantian dari tim ahli yang berbeda tugasnya. 
  7. Setelah seluruh siswa selesai melaporkan, guru menunjukkan salah satu kelompok untuk menyampaikan hasilnya, dan siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapinya.
  8. Guru dapat mengklarifikasi permasalahan serta disimpulkan
  9. Penutup.
Share:

Model Pembelajaran Debate


Model pembelajaran Debat merupakan cara pembelajaran dimana siswa secara kelompok ataupun individual mengemukakan ide-ide pemecahan suatu masalah. Sedangkan kelompok kontra merespon ide-ide yang dikemukakan oleh kelompok penggagas. Setelah mendapat respon secara kontradiktif, kelompok penggas ide mempertahankan hingga mencapai titik temu.

Tujuan model pembelajaran debat adalah dalam rangka mendorong siwa untuk berani mengemukakan pendapat dan mempertahankan pendapatnya serta membina tanggung jawab kebersamaan dalam mempertahankan ide-ide/gagasannya perlu dibelajarkan model pembelajaran debat.

Langkah-langkah pembelajaan:
(1). Guru membagi dua kelompok peserta debat, yaitu kelompok dan kelompok kontra.
(2). Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh ketua kelompok debat.
(3). Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara dan kelompok kontra menannggapinya. Begitu seterusnya kelompok pro merespon balik tanggapan kelompok kontra sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
(4). Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti dari ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis, sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.
(5). Guru menambahkan konsep, ide yang belum terungkap serta mengklarifikasikannya.
(6). Dari ide/gagasan tertulis di papan tersebut, guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik materi/kompetensi yang ingin dicapai.

(7)  Penutup

Kompetensi Dasar
:
1.1   MenghargaiperilakuberimandanbertaqwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmuliadalamkehidupan di sekolahdanmasyarakat
1.4   Menghargaisemangatpersatuandankesatuandalammemahamidaerahtempattinggalnyasebagaibagian  yangutuhdantakterpisahkandalamkerangka NKRI.
1.5   Memahamikarakteristikdaerahtempattinggalnyadalamkerangka NKRI
1.1   Menyajihasilpengamatankarakteristikdaerahtempattinggalnyasebagaibagianutuhdari NKRI
      4.8 Menyajibentukpartisipasikewarganegaraan yang  mencerminkankomitmenterhadapkeutuhannasional
Topik
:
Daerah Tempattinggalku, Negara KesatuanRepublik Indonesia( NKRI ) Negaraku
Sub Topik
:
MenghargaisemangatPersatuandanKesatuanBangsa
Tujuan
:
1.      Menjelaskan alas an perjuangankemerdekaan Indonesia
2.      MenjelaskanmaknaPeristiwaRengasdengklokbagiProklamasiKemerdekaan.
3.      Menjelaskan proses perumusanteksproklamasikemerdekaan.
4.      Menjelaskan proses PembacaanTeksProklamasiKemerdekaan
5.      MenyusunlaporanhasiltelaahtentangProklamasiKemerdekaan.
6.      MenyajikanhasiltelaahtentangmaknaProklamsiKemerdkaan.

AlokasiWaktu
:
 1x TM

TAHAPAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
MENGAMATI
1.      Siswamengamatitayangan video tentangteksProklamasiKemerdekaan
2.      Siswamencatathal-halpenting yang berkaitantentang video teksProklamasiKemerdekaan.
3.      Siswadengantelitidancermatmenganalisateksproklamasi yang di tayangkan
MENANYA
1.Siswa dibentukduakelompokyaitukelompokrodankelompokkontra, tentangtayangan video
2. Siswamemahamitugasnyadalamkelompoknyamasing-masing.
MENGUMPULKAN INFORMASI

1.      Siswamencariinformasidariberbagaisumbertentangbahanuntukberdebat( buku, internet, sumber- sumber lain yang relevan)

MENGASOSIASIKAN

1.      Siswaberdebattentangmateri yang ditayangkan.
2.      Siswamenarikkesimpulandarihasidebatnya.
MENGKOMUNIKASIKAN

1.      Hasildebatsiswadipajangkanpadapapan display.


Mengumpulkan informasi




a.       Siswadimintamencaridariberbagaisumberuntukmenjawabpertanyaan yang sudah di tetapkanbersama
b.      Siswamenulispertanyaandanmenulisjawabanpadakartu  yang sudah di bagikan
c.       Siswamengumpulkankartu yang diisi
d.      Guru memisahkankartusoaldanjawabanmenurutkelompokmasing-masing
e.       Guru menempelkartujawabandaripesertadidik di tempat yang telah di sediakansejumlahkelompok
f.       Guru membagikartusoalpadapesertadidik
g.       Guru menjelaskanpetunjukkerjapadapesertadidik




Share:

Model Pembelajaran Project based learning



Model pembelajaran Project Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proyek atau tugas nyata yang memerlukan pemecahan masalah, kerja tim, dan penerapan pengetahuan serta keterampilan yang relevan. PBL mengarah pada pembelajaran yang lebih aktif, berbasis proyek, dan kontekstual.

Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Pembelajaran dengan model ini merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan (Daryanto, 2014).

Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah-langkah yang terlibat dalam model pembelajaran Project Based Learning:

Penentuan Proyek: Guru dan siswa bersama-sama menentukan topik atau proyek yang akan dikerjakan. Proyek harus relevan dengan kurikulum dan mendorong siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan.

Perencanaan Proyek: Siswa terlibat dalam merencanakan proyek, mengidentifikasi tujuan pembelajaran, langkah-langkah yang akan diambil, sumber daya yang dibutuhkan, dan tenggat waktu yang ditetapkan.

Penyelidikan: Siswa melakukan penyelidikan yang diperlukan untuk memahami topik proyek secara mendalam. Mereka dapat menggunakan berbagai sumber informasi, termasuk buku, artikel, wawancara, atau sumber daya online.

Kolaborasi: PBL mendorong kerja tim dan kolaborasi antara siswa. Mereka dapat bekerja dalam kelompok kecil atau tim untuk menyelesaikan proyek, berbagi pengetahuan, dan saling mendukung.

Pemecahan Masalah: Siswa dihadapkan pada tantangan atau masalah yang harus mereka pecahkan dalam proyek. Ini mendorong pemikiran kritis, analisis, dan pemecahan masalah.

Presentasi dan Evaluasi: Siswa diminta untuk menyajikan hasil proyek mereka kepada kelas atau audiens lainnya. Selain itu, mereka juga harus mengevaluasi hasil kerja mereka sendiri dan menerima umpan balik dari guru dan rekan mereka.


Keuntungan dari model pembelajaran Project Based Learning meliputi:

Relevansi: Siswa dapat melihat keterkaitan langsung antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata. Ini membantu meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam pembelajaran.

Pemikiran Kritis: PBL mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis situasi, dan mengembangkan solusi yang kreatif.

Keterampilan Kolaboratif: Melalui kerja tim dalam proyek, siswa mengembangkan keterampilan kolaboratif, komunikasi, dan kepemimpinan yang penting untuk kesuksesan di dunia kerja.

Memperkuat Pengetahuan dan Keterampilan: Dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks nyata, siswa memiliki kesempatan untuk memperkuat pemahaman mereka dan mengembangkan keterampilan yang relevan.

Pembelajaran Berkelanjutan: PBL mengajarkan siswa tentang pentingnya pembelajaran seumur hidup. Mereka belajar bagaimana mencari informasi, mengatasi tantangan, dan terus mengembangkan pengetahuan mereka.

Namun, implementasi PBL memerlukan perencanaan yang cermat dan dukungan yang memadai. Guru perlu memfasilitasi pembelajaran, memberikan bimbingan, dan menilai kemajuan siswa secara efektif dalam konteks proyek yang sedang berlangsung.

Pembelajaran berbasis proyek, atau Project-Based Learning (PBL), adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proyek atau tugas kolaboratif yang relevan dengan dunia nyata. Dalam PBL, siswa terlibat dalam proyek-proyek yang menantang yang memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari ke dalam konteks praktis.

Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah-langkah umum dalam model pembelajaran Project-Based Learning:

Identifikasi tujuan pembelajaran: Tetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan spesifik yang ingin dicapai melalui proyek. Tujuan ini harus terkait dengan standar akademik dan keterampilan yang ingin dikembangkan.

Rencanakan proyek: Tentukan topik proyek yang menarik dan relevan dengan kurikulum. Rencanakan kegiatan, sumber daya, dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Tim dan kolaborasi: Siswa dikelompokkan dalam tim kecil untuk bekerja sama dalam proyek tersebut. Tim ini dapat terdiri dari siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk mendorong kerja sama dan belajar saling mendukung.

Penelitian dan eksplorasi: Siswa melakukan penelitian dan eksplorasi mandiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang topik proyek mereka. Mereka dapat menggunakan sumber daya seperti buku, jurnal, internet, atau wawancara dengan ahli.

Perencanaan dan desain: Siswa merencanakan dan merancang proyek mereka dengan menciptakan rencana kerja, jadwal, dan produk akhir yang ingin mereka hasilkan.

Pelaksanaan proyek: Siswa bekerja secara aktif dalam proyek mereka, menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari. Mereka mungkin melibatkan proses pemecahan masalah, eksperimen, pengumpulan data, atau menciptakan produk atau karya nyata.

Presentasi dan refleksi: Siswa mempresentasikan hasil proyek mereka kepada kelas atau audiens lainnya. Selain itu, mereka juga merefleksikan proses pembelajaran mereka, memperhatikan tantangan yang dihadapi, keberhasilan yang dicapai, dan pelajaran yang dipetik.

Evaluasi: Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi pemahaman siswa, keterampilan, dan produk akhir mereka. Evaluasi dapat dilakukan melalui penilaian formatif dan sumatif, seperti penilaian peer, penilaian diri, atau penilaian oleh guru.

Manfaat dari model pembelajaran Project-Based Learning termasuk pengembangan keterampilan kolaboratif, pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan pemikiran kritis. Ini juga membantu siswa membuat hubungan yang lebih kuat antara pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah dengan dunia nyata.

PBL juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, karena mereka terlibat secara aktif dalam proyek yang relevan dan menarik bagi mereka. Selain itu, PBL juga dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata dan menjadi pembelajar seumur hidup yang mandiri.




Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa terlibat dalam proyek yang substansial dan berarti untuk mencapai pemahaman mendalam tentang topik atau konsep tertentu. Dalam model ini, siswa belajar melalui eksplorasi aktif, kolaborasi, dan penerapan konsep-konsep yang mereka pelajari dalam situasi dunia nyata.

Berikut adalah beberapa elemen utama dari model pembelajaran berbasis proyek:

Proyek yang Substansial: Siswa bekerja pada proyek yang memiliki relevansi langsung dengan topik atau konsep yang dipelajari. Proyek tersebut harus menantang, bermakna, dan memungkinkan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka.


Kerjasama Tim: Siswa bekerja dalam kelompok atau tim untuk menyelesaikan proyek. Kolaborasi dan kerja sama tim membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan kepemimpinan.


Penelitian dan Investigasi: Siswa melakukan penelitian dan penyelidikan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik yang sedang dipelajari. Mereka dapat menggunakan berbagai sumber informasi, termasuk buku, artikel, wawancara, atau teknologi digital.


Penerapan Konsep: Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah mereka pelajari dalam situasi dunia nyata. Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk merancang solusi, mengatasi masalah, atau menciptakan produk yang relevan dengan proyek yang sedang mereka kerjakan.


Evaluasi yang Autentik: Siswa dievaluasi berdasarkan kinerja mereka dalam proyek. Evaluasi dapat melibatkan penilaian oleh guru, rekan sejawat, atau pemangku kepentingan eksternal. Evaluasi harus mencerminkan kriteria dan standar dunia nyata yang relevan dengan bidang atau industri yang terkait.

Manfaat dari model pembelajaran berbasis proyek antara lain:Peningkatan pemahaman konsep: Siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang topik atau konsep yang dipelajari karena mereka menerapkannya dalam konteks nyata.
Pengembangan keterampilan 21st century: Melalui kerja tim, kolaborasi, dan komunikasi yang intensif, siswa mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis.
Pembelajaran aktif: Model ini mendorong pembelajaran aktif dan berbasis pengalaman, di mana siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar mereka.
Motivasi intrinsik: Proyek yang menantang dan bermakna dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa untuk belajar karena mereka melihat relevansi langsung dari apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata.

Namun, perlu diingat bahwa implementasi pembelajaran berbasis proyek memerlukan perencanaan yang matang, dukungan yang memadai, dan fasilitas yang sesuai. Guru juga perlu memastikan bahwa proyek-proyek yang diberikan memenuhi tujuan pembelajaran dan dapat dinilai dengan jelas.

Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning, PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proyek nyata yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata atau konteks yang signifikan. Dalam PBL, siswa akan mengerjakan proyek yang menuntut mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari ke dalam situasi dunia nyata.

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam model pembelajaran Project-Based Learning:

Identifikasi topik atau masalah: Guru dan siswa bekerja sama untuk mengidentifikasi topik atau masalah yang akan dijadikan dasar proyek. Topik atau masalah harus relevan dengan kurikulum dan menarik bagi siswa.


Perencanaan proyek: Siswa dan guru bekerja sama untuk merencanakan proyek. Mereka menentukan tujuan proyek, sumber daya yang diperlukan, dan tahapan-tahapan yang harus dilalui.


Penyelidikan: Siswa melakukan penyelidikan mandiri atau kelompok untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik atau masalah yang sedang mereka teliti. Mereka dapat menggunakan berbagai sumber informasi, termasuk buku, internet, wawancara, atau kunjungan ke lapangan.


Desain dan perencanaan: Siswa merancang solusi atau produk yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang mereka teliti. Mereka membuat rencana kerja yang mencakup langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek.


Pelaksanaan proyek: Siswa bekerja untuk mewujudkan rencana kerja mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan proyek.


Evaluasi: Siswa dan guru melakukan evaluasi terhadap proyek. Evaluasi dapat dilakukan melalui presentasi, penulisan laporan, portofolio, atau diskusi reflektif. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemajuan siswa, pemahaman mereka terhadap topik, dan keterampilan yang mereka peroleh selama proses pembelajaran.


Refleksi: Siswa merefleksikan pengalaman mereka dalam mengerjakan proyek. Mereka mengidentifikasi apa yang telah mereka pelajari, kesulitan yang mereka hadapi, dan perbaikan yang dapat dilakukan di masa mendatang.

Keuntungan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning antara lain:

Meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa: Siswa terlibat dalam proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.


Pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif: Siswa dituntut untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis informasi, dan merancang solusi kreatif. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.


Penerapan pengetahuan dalam konteks nyata: Siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari dalam situasi dunia nyata, sehingga meningkatkan pemahaman mereka.


Kolaborasi dan keterampilan sosial: Siswa bekerja dalam tim atau kelompok dalam mengerjakan proyek. Mereka belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan membangun keterampilan sosial lainnya.


Pembelajaran yang terintegrasi: Dalam PBL, siswa dapat mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dan melihat hubungan antara berbagai konsep dalam konteks yang lebih luas.


Memperkuat pemecahan masalah: Siswa belajar menghadapi tantangan dan mencari solusi melalui pemecahan masalah yang berkelanjutan dalam proyek mereka.

Dalam implementasi PBL, penting bagi guru untuk berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, memberikan dukungan yang diperlukan kepada siswa selama proses pembelajaran. PBL juga dapat dikombinasikan dengan teknologi dan sumber daya digital untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Share:

Muslim

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Label Cloud

IPK (3) Perangkat (3) PKP (11) Program (3) Prota (3) RPP (14) Silabus (9)